Menikmati musim semi dari balkon (saja)

Sudah hampir satu bulan ini kami tidak keluar rumah sama sekali sejak kebijakan semi lockdown (16 Maret -26 April) ditetapkan pemerintah federal  untuk mengurangi penyebaran virus Covid-19. Pemerintah mewajibkan orang-orang yang berisiko tinggi untuk tidak keluar rumah dan menghindari kontak dengan orang yang tidak tinggal serumah. Orang-orang berisiko tinggi adalah orang yang berusia lebih dari 65 tahun dan/atau memiliki penyakit kanker, jantung, pernafasan kronis, diabetes  dan memiliki masalah dengan sistem kekebalan tubuh. Menurut pemerintah, orang-orang tersebut bisa jatuh sakit lebih serius jika terinfeksi virus ini dan membutuhkan perawatan intensif di rumah sakit.  Karena saya memiliki riwayat asthma dan termasuk dalam kategori penyakit pernafasan kronis, kami memutuskan untuk tidak meninggalkan rumah sampai masa lockdown selesai.

Pemerintah tidak memberlakukan lockdown total seperti negara tetangga Italia misalnya tetapi mengandalkan kedisplinan warganya untuk mematuhi kebijakan social distance. Walaupun hanya supermarket, toko roti dan apotik yang masih buka, pemerintah masih mengizinkan warganya untuk berolahraga atau sekedar berjalan kaki menghirup udara segar dan menikmati matahari musim semi dengan syarat mematuhi aturan. Saat keluar rumah semua orang harus menjaga jarak yang cukup (2 meter) dan tidak berkumpul lebih dari 5 orang (yang bukan anggota keluarga inti). Siapa yang melanggar dikenakan denda CHF 100, sekitar 1,5 juta rupiah/orang. Pemerintah juga menempatkan banyak polisi diruang publik dengan patroli berkuda atau bersepeda di sekitar sungai, taman, danau dan jalur hiking. Pemerintah menjamin ketersediaan pangan dan obat-obatan di pasaran walaupun ada pembatasan (kuota) untuk pembelian obat anti nyeri dan pereda demam. Sejak 21 Maret pemerintah mulai memantau pergerakan penduduk melalui data dan informasi dari operator-operator telekom untuk memastikan kepatuhan terhadap kebijakan sosial distance. Pemerintah menyatakan bahwa hal ini tidak bertentangan dengan undang-undang perlindungan data karena yang mereka terima dari operator dalam bentuk visualisasi, analisis agregat dan anonimus.

Untuk stok makanan kami selalu belanja online jadi tidak perlu keluar rumah dan antri di supermarket. Untungnya sebelum lockdown kami sudah membeli secukupnya obat anti nyeri dan inflamasi, pereda radang tenggorokan dan obat batuk untuk mengurangi gejala jika terinfeksi. Selain itu kami juga  stok multivitamin dan vitamin C untuk menjaga daya tahan tubuh. Karena pada saat puncak pandemi, rumah sakit biasanya penuh dan pemerintah memprioritaskan orang-orang yang sangat membutuhkan perawatan. Benar saja, dua minggu pertama masa lockdown suami saya mengalami batuk (kering) dan nyeri di bagian dada. Saat kami telpon klinik terdekat sarannya tetap di rumah minum obat batuk dan teh hangat dengan madu saja! Kami mengandalkan obat-obatan yang ada di rumah dan jamu rebusan jahe, kunyit, kencur (kering, karena tidak pernah nemu yang segar disini), serai, kayu manis, cengkeh, kardamon hijau dan daun pandan yang dicampur madu dan diminum selagi hangat. Selama dua minggu itu dia cemas bukan karena sakitnya tapi takut saya tertular dan jatuh sakit. Syukur batuknya mulai reda memasuki minggu kedua dan sampai saat ini kami berdua tetap sehat, alhamdulillah.

Minggu-minggu pertama lockdown pada jam-jam tertentu kami ikut para tetangga bertepuk tangan di balkon menghormati petugas medis yang sedang berjuang menyelamatkan nyawa di RS dan pekerja esensial lainnya seperti petugas kebersihan, pegawai supermarket and apotik, aparat keamanan (polisi dan tentara). Seminggu belakangan ini sejak cuaca mulai hangat dengan sinar matahari yang berlimpah, banyak tetangga duduk di balkon pada siang hari. Kami juga ikut menikmati musim semi terutama pada jam makan siang dan rehat kopi. Kucing kami (amaretto) biasanya pada musim ini lebih bawel karena selalu ingin duduk di balkon! Pada akhir pekan para tetangga yang tinggal di lantai dasar apartemen menikmati barbeque dengan keluarganya, anak-anak bermain sepeda, berkemah atau berlarian di halaman rumahnya dan beberapa orang di jalanan membawa anjing peliharaanya. Sekarang saya benar-benar paham mengapa Amaretto sangat menikmati dan menghargai waktunya di balkon, satu-satunya tempat menikmati dunia luar dan sinar matahari persis seperti yang kami rasakan sekarang. Biasanya saat musim semi begini kami sering pergi hiking di akhir pekan. Kami bisa berjalan kaki 10-15 kilometer melewati hutan-hutan, peternakan, ladang-ladang pertanian dan sungai-sungai yang jernih. Bagaimana dengan kalian? apa yang paling kalian rindukan saat lockdown? 

Update: Pada tanggal 16 April Pemerintah Swiss mengumumkan bahwa kebijakan lockdown akan dilonggarkan secara bertahap. Tahap 1 (27 April 2020) beberapa bisnis mulai dibuka seperti salon, panti pijat, barbershop, praktek dokter dan toko bunga. Tahap 2 (4 Mei 2020) giliran sekolah sekolah dasar dan menengah dan tahap 3 (8 Juni 2020) musium, perpustakaan, universitas, restoran dan bar bisa mulai beroperasi. Semua tergantung 2 faktor: angka infeksi dan kematian, pemerintah bisa saja kembali menerapkan lockdown jika terjadi peningkatan kedua faktor tersebut. Namun demikian aturan social distance and standard kebersihan (tangan) tetap berlaku dan kumpul-kumpul lebih dari 5 tetap dilarang.